MAKALAH
MODEL DAN EVALUASI PEMBELAJARAN
“Model Pembelajaran Khusus Sains”

DISUSUN OLEH:
DEWI NINGSIH
CINTYA CRISHTINA
INDA IDRIS
SEKAR
OLIVIA
NOVTI LASTRI
ALDINO
NOVI IRWAN
UNIVERSITAS JAMBI
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI
MAGISTER PENDIDIKAN IPA
SEPTEMBER, 2016
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran suatu kegiatan yang
dirancang oleh guru agar siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
atau kompetensi yang diharapkan. Dalam merancang kegiatan pembelajaran ini,
seorang guru semestinya memahami karakteristik siswa, tujuan pembelajran yang
ingin dicapai atau kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi ajar yang akan
disajikan, dan cara yang digunakan terus mengemas penyajian materi serta
penggunaan bentuk dan jenis penilaian yang akan dipilih untuk melakukan pengukuran
terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dimiliki
siswa.
Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, seorang guru harus terlebih dahulu memahami berbagai
pendekatan, strategi, teknik, dan model pembelajaran. Pemahaman tentang hal ini
akan memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah, memilih, dan
menetapkan dengan tepat metode pembelajaran yang akan digunakan dalam
pembelajaran.
Perlu dipahami bahwa setiap
pendekatan pembelajaran memiliki pandangan yang berbeda tentang konsepsi dan
makna pembelajaran, pandangan tentang guru, dan pandangan tentang siswa, perbedaan
inilah kemudian mengakibatkan strategi dan model pembelajaran yang dikembangkan
menjadi berbeda juga, sehingga proses pembelajaran akan berbeda walaupun strategi
pembelajaran sama. Makalah ini menekankan model pembelajaran discovery, inquiri,
PBL, dan PJBL yang membahas tentang model belajar yang menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian model pembelajaran discovery, kelebihan dan
kekurangannya? 2.
Apakah pengertian model pembelajaran inquiri, kelebihan dan
kekurangannya? 3. Apakah pengertian model pembelajaran PBL, kelebihan dan kekurangannya?
4. Apakah pengertian model pembelajaran Project Based Learning Model, kelebihan dan kekurangannya?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran discovery,
kelebihan dan kekurangannya. 2. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran inquiri,
kelebihan dan kekurangannya. 3. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran PBL, kelebihan dan kekurangannya.
4. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran Project Based Learning Model, kelebihan dan kekurangannya.
II. PEMBAHASAN
Pengertian model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model
pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran dan beberapa yang disarankan
di dalam kurikulum 2013 untuk pembelajaran sains diantaranya adalah:
Penemuan
adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental
dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental
tersebut ialah, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan menurut Jerome
Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati
permasalahan bukannya suatu produk atau item pengetahuan tertentu”. Dengan
demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar
untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau
situasi yang tampaknya ganjil mengamati, mencerna, mengerti,
mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur sehingga siswa dapat
mencari jalan pemecahan.
Model
penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa
dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri,
menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan
atau data yang telah disediakan guru. Model penemuan terbimbing atau
terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan
oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya
berbentuk pertanyaan membimbing.
Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model
pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan”
prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan ciri utama
belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk
menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada
siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan
pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini
berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru
matematika adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah yang akan
diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas,
hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh
siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa
menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal
ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini
sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui
pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.
c.
Siswa menyusun konjektur (prakiraan)
dari hasil analisis yang dilakukannya.
d.
Bila dipandang perlu, konjektur yang
telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting
dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah
yang hendak dicapai.
e. Apabila telah diperoleh kepastian
tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya
diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunya. Disamping itu perlu diingat pula
bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.
f.
Sesudah siswa menemukan apa yang
dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk
memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.
Kelebihan dan
kekurangan Model Pembelajaran Penemuan
Memperhatikan Model Penemuan
Terbimbing tersebut diatas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang
dimilikinya. Kelebihan dari Model Penemuan Terbimbing adalah sebagai
berikut:
a.
Siswa dapat berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran yang disajikan.
b.
Menumbuhkan sekaligus menanamkan
sikap inquiry (mencari-temukan).
c.
Mendukung kemampuan problem solving
siswa.
d.
Memberikan wahana interaksi antar
siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga terlatih
untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e.
Materi yang dipelajari dapat
mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa
dilibatkan dalam proses menemukanya.
f.
Siswa belajar bagaimana belajar
(learn how to learn).
g.
Belajar menghargai diri sendiri.
h.
Memotivasi diri dan lebih mudah
untuk mentransfer.
i.
Pengetahuan bertahan lama dan mudah
diingat.
j.
Hasil belajar
discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil lainnya
k.
Meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir bebas.
l.
Melatih keterampilan-keterampilan
kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang
lain.
Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut :
a.
Untuk materi tertentu, waktu yang
tersita lebih lama.
b.
Tidak semua siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah
mengerti dengan model ceramah.
c.
Tidak semua topik cocok disampaikan
dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip
dapat dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing.
2.2 Model
pembelajaran Inquiri
Kata inquiri barasal dari bahasa
inggris “inquiry” berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Model
pembelajaran inquiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang di pertanyakan . proses berpikir itu
sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi
pembelajaran ini juga sering dinamakan strategi heuristic, yang berasal
dari kata yunani, heuriskein yang berarti saya menemukan (Sanjaya,2006).
Menurut Piaget
bahwa model pembelajaran inquiri adalah model pembelajaran yang mempersiapkan
siswa pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri: dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, atau ingin
melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas
pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain,
dan membandingkan apa yang di temukan dengan yang di temukan orang lain.
Berdasarkan
definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inquri adalah
merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan suatu masalah, merencanakan
eksperimen dan melakukan eksperimen,menyimpulken dan menganalisis data,dan
menarik kesimpulan. Jadi dalam model inquiri ini siswa terlibat secara mental,
maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang di berikan oleh guru.
Dengan demikian siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuan sains,yaitu
teliti, tekun/ulet, objektif/jujur, kreatif dan menghormati pendapat orang
lain.
Langkah-langkah pendekatan inquiri
Sesuai dengan pokok bahasan yang
telah di uraikan diatas,maka langkah-langkah yang di tempuh dalam pembelajaran
dengan menggunakan model inquiri adalah;
a
Orientasi
Langkah
orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa tiap melaksanakan
proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam pembelajaran
ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengondisikan agar siswa siswa siap
menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam SPI, guru merangsang dan mengajak
siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah
yang snagta penting. Keberhasilan sangat bergantung pada kemauan siswa untuk
beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam mememcahkan masalah,tanpa kemauan
dan kemampuan itu tidak akan mungkin proses pembeljaran akan berjalan lancar.
b Merumuskan
masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung
teka teki. Persoalan yang di sajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan
masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabany, dan siswa
di dorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang
sangat penting dalam model pembelajaran inquiri ini, oleh sebab itu melalui
proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
c Merumuskan
Hipotesis
Hipotesis adalah
jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang di kaji. Sebagai jawaban
sementara,hipotesis perlu diuji kebenarannya.kemampuan atau potensi individu
untuk berpikir pada dasarnya sudah dimilikisejak individu itu lahir.potensi
berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menenbak atau
mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat
membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong
untuk berpikir lebih lanjut. Oleh,sebab itu potensi untuk mengembangkan
kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menbak (berhipotesis) pada setiap
anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaaan yang dapat mendorong siswa
untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai
perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Perkiraan
sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan,tetapi harus memiliki landasan
berpikir yang kokoh,sehingga hipotesis yang di munculkan itu bersifat rasional
dan logis.kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh
kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.dengan demikian,
setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan
hipotesis yang logis dan rasional.
d Mengumpulkan
data
Mengumpulkan
data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan.dalam strategi pembelajaran inquiri, mengumpulkan data
merupakan proses yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan
data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.oleh sebab
itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan . sering terjadi kemacetan berinkuiri adalah manakala
guru menemukan gejala-gejala semacam ini, maka guru hendaknya secara
terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan
berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka
merangsang untuk berpikir.
e Menguji
hipotesis
Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang di peroleh berdasarkan pengumpulan data. Yang
terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan. Disamping itu, menguji hipotesis juga berarti
mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya kebenaran jawaban yang
diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus di dukung oleh
data yang di temukan dan dapat di pertangung jawabkan.
f.
Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses smendeskrisikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil
pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan proses pembelajaran.
Sering,terjadi oleh karena banyaknya data yang di peroleh,menyebabkan
kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang endak dipecahkan.
Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data yang mana yang relevan.
Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran inquiri
Model pembelajaran inquiri merupakan
model pembelajaran yang banayak diajarkan, karena model ini memiliki berberapa keunggulan,
diantaranya :
a Model
pembelajaran inquiri ini merupakan model pembelajran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif,afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi ini di anggap lebih bermakna.
b Model
pembelajaran inquiri ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar
sesuia dengan gaya belajar mereka.
c Model
pembelajaran inquiri ini merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkemban
psikologi belajar modren yang mengangap belajar adalah prose perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman.
d Keuntungan
lainya adalah, model pembelajaran ini dpat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah
dalam belajar.
Disamping
memiliki keunggulan model pembelajaran inquiri ini juga memiliki kelemahan, diantaranya :
a Jika
model pembeljaran inquiri ini digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan
sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b Model
pembeljaran ini juga
sulit dalam merencanakan pembelajaran dikarenakan terbentur dengan kebiasaan
siswa dalam belajar.
c Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah di tentukan.
d Selama
kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka model pembelajaran inquiri ini akan sulit di implementasikan
oleh setiap guru.
2.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL, Problem
Based Learning)
Model pembelajaran
berbasis masalah ini erat kaitannya dengan pendekatan kontekstual. Esensi dari
pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang berlandaskan
konstruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan peserta didik dalam belajar
serta terlibat dalam pemecahan masalah yang kontekstual. Untuk memperoleh
informasi dan mengembangkan konsep-konsep sains, peserta didik belajar tentang
bagaimana membangun kerangka masalah, menyusun fakta, menganalisis data, dan
menyusun argumentasi terkait pemecahan masalah, kemudian memecahkan masalah,
baik secara individual maupun dalam kelompok.
Model
pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk mencapai tujuan seperti
meningkatkan keterampilan intelektual dan penyelidikan, memahami peran orang
tua, dan membantu peserta didik memiliki keterampilan mandiri. Berbagai cara
dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran berbasis masalah yang berkaitan
dengan mata pelajaran di sekolah, proses pembelajaran tidak mesti dikerjakan di
dalam kelas. Peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui interaksi
sosial. Yamin (2012) Kehidupan masyarakat di sekitar peserta
didik dapat mengembangkan pengetahuan, akan tetapi guru selalu memberikan
tagihan kepada peserta didik agar keingintahuan peserta didik tinggi.
Pembelajaran seperti ini akan menciptakan peserta didik yang dewasa dalam
berpikir. Kematangan berpikir ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan
lingkungan.
Ada lima
gambaran yang umum menjadi identifikasi pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
1.
Dikembangkan
dari pertanyaan atau masalah. Daripada mengorganisasikan pelajaran di seputar
prinsip-prinsip atau kecakapan akademik tertentu, PBL mengorganisasikan
pengajaran pada sejumlah pertanyaan atau masalah yang penting, yang baik secara
sosial maupun personal bermakna bagi peserta didik. Pendekatan ini mengaitkan
pembelajaran dengan situasi kehidupan nyata.
2.
Fokusnya
antardisiplin. Walau PBL dapat diterapkan memusat untuk membahas subjek
tertentu (sains, matematika, sejarah, atau lainnya), tetapi lebih dipilih
pembahasan masalah aktual yang dapat diinvestigasi dari berbagai sudut disiplin
ilmu.
3.
Penyelidikan
otentik. Istilah otentik selalu dikaitkan dengan masalah yang timbul di
kehidupan nyata, yang langsung dapat diamati. Oleh karena itu, masalah yang
timbul juga harus dicarikan penyelesaian secara nyata. Para peserta didik harus
menganalisis dan mendefinisikan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat
prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, bila perlu melaksanakan
eksperimen, membuat inferensi dan menarik kesimpulan. Metode investigasinya
tentu saja bergantung pada sifat-sifat masalah yang dikaji.
4.
Menghasilkan
produk berupa laporan, makalah, model fisik, video, suatu program komputer,
atau naskah.
5.
Ada
kolaborasi. Implementasi PBL ditandai oleh adanya kerja sama antar peserta
didik satu sama lain, biasanya dalam pasangan peserta didik atau kelompok kecil
peserta didik. Bekerja sama akan memberikan motivasi untuk terlibat secara
berkelanjutan dalam tugas-tugas yang kompleks, meningkatkan kesempatan untuk
saling bertukar pikiran dan mengembangkan inkuiri, serta melakukan dialog untuk
mengembangkan kecakapan sosial.
Model
pembelajaran berbasis masalah dapat berkembang jika terbangun suatu situasi
kelas yang efektif. Karakteristik yang harus dipenuhi agar terbangun situasi
kelas yang efektif dalam model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut:
1.
Suasana
kelas harus dapat memfasilitasi suatu eksplorasi makna. Para peserta didik
harus merasa aman dan merasa diterima. Mereka memerlukan pemahaman baik tentang
risiko maupun penghargaan yang akan diperolehnya dari pencarian pengetahuan dan
pemahaman. Situasi kelas harus mampu menyediakan kesempatan bagi mereka untuk
terlibat, saling berinteraksi, dan sosialisasi.
2.
Peserta
didik harus sering diberi kesempatan untuk mengkonfrontasikan informasi baru
dengan pengalamannya selama proses pencarian makna. Namun kesempatan semacam
itu janganlah timbul dari dominasi guru selama pembelajaran, tetapi harus
timbul dari banyaknya kesempatan peserta didik untuk menghadapi
tantangan-tantangan baru berdasarkan pengalaman masa lalunya.
3.
Makna
baru tersebut harus diperoleh melalui proses penemuan secara personal.
Model
pembelajaran berbasis masalah merupakan tipe pengelolaan kelas yang diperlukan
untuk mendukung pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran dan belajar.
Pembelajaran perlu suatu proses yang dapat digunakan untuk mendesain pengalaman
pembelajaran berbasis masalah bagi peserta didik. Kegiatan-kegiatan tersebut
diperlukan untuk menunjang proses tersebut sebagai berikut:
1.
Identifikasikan
suatu masalah yang cocok bagi para peserta didik.
2.
Kaitkan
masalah tersebut dengan konteks dunia peserta didik sehingga mereka dapat
menghadirkan suatu kesempatan otentik.
3.
Organisasikan
pokok bahasan di sekitar masalah.
4.
Berilah
para peserta didik tanggungjawab untuk dapat mendefinisikan sendiri pengalaman
belajar mereka serta membuat perencanaan dalam menyelesaikan masalah.
5.
Dorong
timbulnya kolaborasi dengan membentuk kelompok pembelajaran.
6.
Berikan
dukungan kepada semua peserta didik untuk mendemonstrasikan hasil-hasil
pembelajaran mereka misalnya dalam bentuk suatu karya atau kinerja tertentu.
Sumber lain
mengungkapkan bahwa kewajiban guru dalam penerapan model
Sintaks dalam
model pembelajaran berbasis masalah meliputi (Warsono dan Hariyanto, 2012):
1.
Orientasi
peserta didik kepada masalah.
Guru menjelaskan
tujuan pembelajaran, menguraikan kebutuhan logistik (bahan dan alat) yang
diperlukan bagi pemecahan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih peserta didik bersama
guru, maupun yang dipilih sendiri oleh peserta didik.
2.
Mendefinisikan
masalah dan mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas peserta didik dalam belajar memecahkan masalah,
menentukan tema, jadwal, tugas dan lain-lain.
3.
Memandu
investigasi mandiri maupun investigasi kelompok.
Guru memotivasi peserta didik untuk
membuat hipotesis, mengumpulkan informasi, data yang relevan dengan tugas
pemecahan masalah, melakukan eksperimen untuk mendapatkan informasi dan
pemecahan masalah.
4.
Mengembangkan
dan mempresentasikan karya.
Guru membantu peserta didik dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang relevan, misalnya membuat laporan,
membantu berbagi tugas dengan teman-teman di kelompoknya dan lain-lain,
kemudian peserta didik mempresentasikan karya sebagai bukti pemecahan masalah.
5.
Refleksi
dan penilaian.
Guru memandu peserta didik untuk
melakukan refleksi, memahami kekuatan dan kelemahan laporan mereka, mencatat
dalam ingatan butir-butir atau konsep penting terkait pemecahan masalah,
menganalisis dan menilai proses-proses dan hasil akhir dari investigasi
masalah. Selanjutnya mempersiapkan penyelidikan lebih lanjut terkait hasil
pemecahan masalah.
Secara umum
dapat dikemukakan bahwa kekuatan dari penerapan model pembelajaran berbasis
masalah antara lain:
1. Peserta
didik akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk
menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas,
tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memupuk
solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman sekelompok
kemudian berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya.
3. Makin
mengakrabkan guru dengan peserta didik.
4.
Karena
ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan peserta didik melalui eksperimen
hal ini juga akan membiasakan peserta didik dalam menerapkan eksperimen.
Sementara itu
kelemahan dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah antara lain:
1. Tidak
banyak guru yang mampu mengantarkan peserta didik kepada pemecahan masalah.
2. Seringkali
memerlukan biaya mahal dan waktu yang panjang.
3.
Aktivitas
peserta didik yang dilaksanakan di luar sekolah sulit dipantau guru.
2.4 Project Based Learning Model (Model Pembelajaran
Berbasis Proyek)
Pembelajaran
Berbasis Proyek (Project Based Learning/PjBL)
adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media
(Daryanto, 2014) dan merupakan model pembelajaran inovatif yang memfokuskan
pada belajar kontekstual melalui kegitan yang kompleks ( CORD dalam Sutirman,
2013).
Kita ketahui pembelajaran di
Indonesia pada saat ini masih dominan dengan pembelajaran tradisional, oleh
karena itu pembelajaran berbasis proyek dapat digunakan untuk mengubah kelas
tradisional (Sutirman, 2013) yang umumnya bercirikan praktik kelas yang berdurasi
pendek dan aktivitas pembelajaran berpusat pada guru (Sutirman, 2013).
Pembelajaran berbasis proyek didasarkan pada teori kontruktivisme dan merupakan
pembelajaran siswa aktif.
Pembelajaran
berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan produk atau proyek yang
nyata dimana proyek yang dibuat oleh siswa mendorong berbagai kemampuan tidak
hanya pengetahuan atau masalah teknis, tetapi juga keterampilan praktis seperti
mengatasi informasi yang tidak lengkap atau tidak tepat; menentukan tujuan
sendiri; dan kerjasama kelompok (Sutirman, 2013). Tidak hanya itu, pembelajaran
beebasis proyek juga dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
membuat perencanaan, berkomunikasi, menyelesaikan masalah, dan membuat
keputusan (Sani, 2014).
Dalam
pembelajaran berbasis proyek siswa dituntut untuk merumuskan tujuan
pembelajaran sendiri secara khusus. Proyek yang ingin dibuat harus didasarkan
pada minat dan kemampuan siswa baik secara pribadi maupun kelompok dengan
mewajibkan siswa untuk mengatur kegiatan belajarnya dengan membagi beban kerja
diantara anggota kelompoknya (Sutirman, 2013) dan menggunakan masalah sebagai
langkah awal pemilihan proyek yang ingin dibuat (Daryanto, 2014) sehingga
proyek yang dibuat oleh siswa dapat bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan
masyarakat atau lingkungan (Sani, 2014).
Pembelajaran
berbasis proyek memungkinkan siswa untuk melakuakan aktivitas belajar saintifik
berupa kegiatan: (a) bertanya; (b) melakulkan pengamatan; (c) melakukan
penyelidikan atau percobaan; (d) menalar; dan (e) menjalin hubungan dengan
orang lain dalam upaya memperoleh informasi atau data (Sani, 2014). Karena
pembelajaran dengan PjBL membutuhkan beberapa keterampilan dasar dan penguasaan
keterampilan khusus dalam proses pembuatan proyek.
Beberapa
prinsip pembelajaran berbasis proyek menurut Kurniasih dan Sani (2014), sbb:
1)
Pembelajaran
berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata
untuk memperkaya pelajaran
2)
Tugas
proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik
yang telah ditentukan dalam pelajaran
3)
Penyelidikan
atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang
telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam
bentuk produk (laporan atau hasil karya).
Kelebihan
Pembelajaran Berbasis Proyek
Terdapat
beberapa kelebihan/keutamaan pembelajaran berbasis proyek seperti yang
dikemukakan beberapa sumber, sebagai berikut:
Menurut Sani (2014) beberapa keutamaan
yang diperoleh dengan menerapkan PjBL, yaitu;
1)
Melibatkan
siswa dalam permasalahan dunia nyata
2) Membutuhkan
proses inkuiri, penelitian, keterampilan merencanakan, berpikir kritis, dan
keterampilan menyelesaikan masalah dalam upaya membuat proyek
3)
Melibatkan
siswa dalam belajar menerapkan pengetahuan dan keterampilan
4)
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan interpersonal;
5) Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup
dan bekerja (mengalokasikan waktu, bertanggung jawab, belajar melalui
pengalaman, dan sebagainya)
6) Mencakup
aktivitas refleksi yang mengarahkan siswa untuk berpikir kritis tentang
pengalaman dan menghubungkan pengalaman tersebut pada standar belajar.
Selain
itu, beberapa keuntungan lain menggunakan pembelajaran berbasis proyek menurut
Sani (2014) adalah sbb:
1)
Meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan
penting
2)
Meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah yang kompleks
3)
Membuat
siswa lebih aktif
4)
Meningkatkan
kemampuan siswa dalam bekerja sama
5)
Mendorong
siswa mempraktikkan keterampilan berkomunikasi
6)
Meningkatkatkan
kemampuan siswa dalam mengelola sumber daya
7)
Memberi
pengalaman kepada siswa
8)
Memberikan
kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia nyata
9)
Melibatkan
siswa untuk belajar mengumpulkan informasi dan menerapkan pengetahuan tersebut
untuk menyelesaikan permasalahan di dunia nyata
10) Membuat suasana belajar
menjadi menyenangkan.
Kelemahan Pembelajarn Berbasis Proyek
Beberapa
kelemahan pembelajaran berbasis proyek menurut Daryanto, (2014) adalah:
- Memerlukan
banyak waktu untuk menyelesaikan masalah
- Membutuhkan
biaya yang cukup banyak
- Banyak
guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana guru memegang peran
utama di kelas
- Banyak
peralatan yang harus disediakan
- Peserta
didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan
- Ada
kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok
- Ketika
topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Berbasis Proyek
Menurut
Sani (2014) perencanaan PjBL harus mencakup empat langkah harus mencakup
langkah penting berikut ini:
1)
Pengelompokkan
siswa untuk mengerjakan sebuah proyek
2)
Mengajukan
pertanyaan kompleks dan mengarahkan untuk mengerjakannya
3)
Membuat
rancangan, jadwal perencanaan
penyelesaian proyek, serta mempersentasikan proyek
4)
Memberikan
umpan balik dan penilaian atas proyek yang telah dibuat.
Selain
itu, menurut Sani (2014) penerapan pembelajaran berbasis proyek harus dimulai
dari perencanaan pembelajaran yang memadai, yakni dengan mengikuti tahapan
sebagai berikut;
1)
Menentukan materi proyek
2)
Menentukan tujuan proyek
3)
Mengidentifikasi keterampilan dan pengetahuan
awal siswa yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek
4)
Menentukan kelompok belajar
5)
Menentukan jadwal pelaksanaan proyek
6)
Mengevaluasi sumber daya dan meterial yang
akan digunakan
7)
Menentukan cara evaluasi yang akan digunakan.
Secara umum tahap pembelajaran berbasis
proyek menurut Sani (2014). digambarkan sebagai berikut:


III. PENUTUP
Kesimpulan
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran sains adalah :
- Model pembelajaran discovery yaitu siswa berpikir sendiri sehingga
dapat ”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk
dari guru. Diantar kelebihannya Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang
disajikan dan kekurangannya Untuk materi tertentu, waktu yang tersita
lebih lama.
- Model
pembelajaran Inquiry merupakan suatu proses yang ditempuh
siswa untuk memecahkan suatu masalah,merencanakan eksperimen dan melakukan
eksperimen,menyimpulken dan menganalisis data,dan menarik kesimpulan. Kelebihannya pengembangan aspek
kognitif,afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
strategi ini di anggap lebih bermakna dan kekurangannya akan sulit mengontrol kegiatan dan
keberhasilan siswa.
- Model
pembelajaran PBL model pembelajaran yang berlandaskan
konstruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan peserta didik dalam belajar
serta terlibat dalam pemecahan masalah yang kontekstual. Kelebihannya Memupuk solidaritas
sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman sekelompok kemudian
berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya dan kekurangannya Tidak banyak guru yang mampu
mengantarkan peserta didik kepada pemecahan masalah.
-
Project Based Learning Model adalah
model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media dan merupakan
model pembelajaran inovatif yang memfokuskan pada belajar kontekstual melalui
kegitan yang kompleks. Kelebihannya Melibatkan
siswa dalam permasalahan dunia nyata
dan kekurangannya Memerlukan banyak waktu untuk
menyelesaikan masalah
DAFTAR
PUSTAKA
Daryanto.
2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Hamalik, O.1991. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung : CV Sinar Baru
Sani,
Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran
Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. 2006. Strategi
Pembelajaran Berorirentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Premada Media Group
Sutirman.
2013. Media & Model-model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakrata: Graha Ilmu.
Warsono dan Hariyanto.
2012. Pembelajaran Aktif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Yamin, Martinis. 2012. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik.
Jakarta: Referensi.